Kang AW: Pemangku Kepentingan Pendidikan Berbasis Agama Islam Harus Punya Komitmen yang Kuat

 


BOGOR - Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya menghadiri acara Festival Santri Takwa (FESTA) yang diselenggarakan

IGTKA Kabupaten Bogor yang di area Jungle Land BNR, Bogor, Selasa (14/3/2023).

Dalam kesempatan tersebut, anggota dewan Dapil Kabupaten Bogor itu mengingatkan pentingnya pemangku kebijakan untuk memiliki komitmen dalam memajukan pendidikan khususnya yang berbasis agama.

“Seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan yang berbasis agama Islam harus memiliki dan menjaga komitmen serta landasan moral (etik) yang kuat dalam ikhtiar mulianya,” katanya.

Pria yang akrab disapa Kang AW itu pun mencontohkan sebuah pemikiran dari Kuntowijoyo, salah seorang intelektual muslim Indonesia terkemuka pada era 90an yang merumuskan paradigma (landasan pemikiran dan sikap) gerakan islam yang berbasis pada cita-cita pembebasan (liberasi).

Kuntowijoyo, kata dia, telah menyemai nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan (humanisasi dan emansipasi) yang direalisasikan karena kesadaran ketuhanan (transendensi) sehingga dapat dijadikan rujukan agar seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan islam bisa terus istiqomah (konsisten) dalam menjalankan tugasnya.

“Lembaga pendidikan Islam pada semua tingkatan, mulai dari TK Al-Qur’an, RA hingga Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren harus menjadi instrumen yang akan membebaskan generasi belia umat Islam dari ketidaktahuannya dalam hal pengetahuan agama,” jelasnya.

Pengurus ICMI dan Presidium Kahmi Jabar itu pun menilai jika lembaga pendidikan agama harus menjadi agen dimana proses transformasi dari kegelapan menuju kehidupan yang penuh cahaya kebaikan dapat dilakukan.

Pada saat yang sama, kata dia, lembaga pendidikan Islam juga harus menjadi instrumen dimana nilai-nilai kemanusiaan yang menjunjung kesetaraan, toleransi dan pembawa rahmat kebaikan bagi manusia dan makhluk lainnya yang harus dapat disemaikan.

Tugas-tugas penting tersebut tentunya pula harus dengan ikhlas dan konsisten terus dilakukan lantaran adanya landasan kesadaran religiusitas dan ketuhanan (transendental) yang melekat kuat di antara para guru, orang tua dan pemangku kepentingan lainnya.

“Jadi, apabila kita semua menyadari dan meyakini bahwa memberikan pendidikan dan pengajaran yang cukup merupakan cara terbaik dan penentu dalam mempersiapkan kapasitas dan kompetensi SDM yang berkarakter religius di masa depan yang penuh dengan gejolak dan tantangan zaman yang jauh lebih hebat maka pada akhirnya spirit transformasi dari gerakan mendidik dan mengajar dari para guru dan semua pemangku kepentingan harus memiliki pondasi dan rancang bangun yang kokoh dan solid,” tutur Kang AW.

Salah satu yang bisa dijadikan sebagai contoh adalah kondisi madrasah swasta. Kang AW menyebut bahwa pendidikan agama yang dikelola oleh banyak kelompok masyarakat itu masih bisa berdiri dengan kokoh bahkan cenderung meningkat kualitas pendidikannya.

“(jadi) bercermin dari cerita nasib madrasah swasta yang dikelola oleh banyak kelompok masyarakat, meskipun menghadapi banyak keterbatasan namun mereka tetap ikhlas dalam mendidik dan mengajarkan anak-anak hingga berpuluh tahun lamanya. Saya meyakini, InsyaAllah semuanya akan memberikan konstribusi yang amat baik bagi anak-anak dalam menghadapi masa depannya,” tandas AW. 

Sumber: Pakar Online

0 Komentar