Asep Wahyuwijaya: Globalisasi Berpotensi Menggerus Nilai Kebangsaan

 


BOGOR – Fenomena globalisasi yang telah merambah hampir segala aspek kehidupan dalam hubungan antar warga bangsa menyebabkan, negara seolah menjadi tanpa batas (borderless state), sehingga berpotensi menggerus nilai-nilai kebangsaan.

 

Interaksi sesama warga yang terbangun secara global dan mengaburkan batas negara tersebut, melahirkan apa yang disebut dengan global village atau kampung besar yang memudarkan identitas masing-masing.

 

Hal tersebut diungkapkan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya saat menghadiri acara bertajuk Talk Show Kebangsaan Festival Komunitas Mahasiswa Universitas Terbuka Bogor di Pasar Anyar, Kota Bogor, Minggu (4/9).

 

“Situasi dan kondisi inilah yang apabila dibiarkan begitu saja dengan tanpa menanamkan rasa kecintaan dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia kepada generasi milenial maka berpotensi menggerus komitmen kebangsaan atau nasionalismenya,” tegas pria yang biasa disapa kang AW tersebut.

 

Dalam acara yang dihadiri Wakil Walikota Bogor, Dedie A. Rachim, Dirut Perumda Pasar Pakuan Jaya Muzakkir, Kolonel Dr Yudho selaku Dosen UNHAN sekaligus Wakil Ketua IKA UT Pusat. dan Pembina Mahasiswa UT wilayah Bogor, A. Haris Maraden tersebut, kang AW menegaskan, konsekuensi lain dari semakin meningkatnya relasi antarbangsa dalam dunia yang tak berbatas tersebut adalah semakin besarnya ekspansi kapital perusahaan multi nasional sekaligus bertambahnya arus tenaga kerja asing yang akan menggerus tenaga kerja lokal atas nama perdagangan bebas.

 

“Seiring menguatnya era globalisasi maka eksistensi kebangsaan di kalangan milenial pun menghadapi tantangan besar,” tutur Kang AW.

 

Kang AW menambahkan, beberapa solusi yang bisa dilakukan kepada kaum milenial selain memberikan referensi tambahan agar mereka bisa semakin kuat mencintai dan bangga dengan tanah airnya adalah dengan memberikan fasilitas kepada kaum milenial untuk meningkatkan kompetensinya dalam segala sektor supaya mampu bersaing secara global serta memastikan posisi dan komitmen negara (pemerintah) agar tak sepenuhnya berpihak kepada pemilik modal asing.

 

Tingginya ketergantungan negara kepada pihak asing, kata dia, abainya negara dalam memberikan prioritas kepada warganya sendiri, minimnya tambahan referensi kepada kaum milenial untuk semakin mencintai bangsanya dan porak porandanya adat budaya yang menjadi jati diri bangsa sebagai akibat dari massifnya interaksi manusia yang tanpa batas akan melemahkan semangat kebangsaan kita dan menghadirkan problem terhadap keberadaan negara dihadapan warganya sendiri.

 

Pembina Mahasiswa UT wilayah Bogor, A. Haris Maraden mengatakan, berbagai kegiatan diselenggarakan Universitas Terbuka termasuk ada malam keakraban mahasiswa.

 

“Hari ini saja, ada 7 kegiatan seperti donor darah, bazar hingga konser,” ucap Haris Maraden yang juga Ketua Ikatan Alumni UT wilayah Bogor yang meliputi wilayah Sukabumi, Cianjur, Bogor dan Depok.

 

Ia menjelaskan, talk show kebangsaan diperlukan sebagai filter karena saat ini perkembangan teknologi membuat manusia tak memiliki batas lagi.

 

Haris menegaskan, apabila tak dibentengi hal-hal positif maka bisa berbahaya karena dapat merusak tatanan kebangsaan.

 

“Salah satu solusinya, meningkatkan nalar dan logika yang kuat untuk antisipasi isu negatif seperti hoaks,” pungkasnya.

 

Sumber: RBG

0 Komentar