BOGOR –
Sebagai organisasi mahasiswa tertua dan telah kenyang makan asam garam,
berpengalaman dalam melintasi berbagai sejarah perkembangan bangsa dan negara
sejak awal Republik ini dimerdekakan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
sesungguhnya merupakan organisasi mahasiswa yang memiliki legitimasi amat kuat
untuk menjadi kawah candradimuka bagi kaum muda terdidik di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya dalam sambutan acara
Pelantikan HMI Cabang Kota Bogor periode 2022-2023, Sabtu (7/8) di Gedung DPRD
Kota Bogor.
Menurut kang AW (sapaan
akrab,red), konsepsi Khittah Perjuangan HMI yang memuat landasan
filosofis-ideologis dan prinsip-prinsip nilai perjuangannya, selain ditujukan
untuk membentuk kader yang berkarakter Islami, berwawasan kebangsaaan yang kuat
dan menghargai keberagaman.
“Lebih dari sekadar dituntut
untuk adaptif dengan segala perubahan zaman yang terjadi, para kader HMI dan
alumninya pun justru harus menjadi agen-agen pembaharu (mujtahid) dimanapun
dirinya berada,” imbuh pria kelahiran Bogor yang saat ini juga menjadi salah
satu Presidium Korps Alumni HMI (Kahmi) Jabar tersebut.
Dalam acara yang dihadiri oleh
para alumni HMI mulai dari Wakil Rektor UIKA Bogor, anggota DPR RI, DPRD Kota
Bogor, HIPMI dan turut pula dihadiri oleh para pejabat dari Kota Bogor seperti
Kepala Kesbangpol, Kepala Bappeda serta KNPI dan OKP.
Lainnya, Kang AW yang pada
saat kuliah di Unpad menjadi aktivis di HMI Cabang Bandung ini menyampaikan,
terjadinya fenomena disrupsi (goncangan) pada hampir seluruh aspek kehidupan
manusia.
“Hal itu sedikit banyak telah
menggeser peran-peran sumber daya manusia karena desakan teknologi yang
dampaknya melahirkan tantangan-tantangan baru menuntut kejelian dan kemampuan
para kader dan alumni HMI untuk semakin menguatkan etos perjuangannya,” tutur
Legislator Dapil Kabupaten Bogor itu.
Lebih lanjut kang AW menjelaskan,
sebagai agen pembaharu yang memiliki konsep khittah perjuangannya yang utuh,
keluarga besar HMI tidak dapat lagi berpikir secara linier atau hanya satu
arah.
“Misal, keluar saja
(outward-looking) akan tetapi keluarga besar HMI pun dituntut untuk berpikir
secara sirkular atau dari segala arah, termasuk melakukan banyak evaluasi diri
(muhasabah) atas peran-peran yang telah dilakukan agar proses pembaharuan atau
transformasi yang hendak dilakukan sebagai bentuk komitmen untuk turut
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT tetap
merujuk pada khittah perjuangan HMI,” papar politisi asal Kabupaten Bogor ini.
“InsyaAllah saya yakin, HMI
sebagai tempat belajar bagi para mahasiswa Islam dari latar belakang tradisi
Islam apapun dengan ketersediaan modul pelatihan yang berjenjang dan beragam
dan fasilitas lab-praktikum hidup yang sangat banyak dan mumpuni akan mampu
menjadi pelopor perubahan (transformasi) di kemudian hari,” sambungnya.
Kang AW menambahkan,
laboratorium praktikum hidup milik HMI itu adalah para alumni yang sekarang
tersebar pada banyak profesi, mulai dari akademisi, peneliti, pengusaha,
birokrat, profesional, jurnalis, aktivis NGO, kyai, hingga politisi.
“Karena itu, komitmen untuk
mewujudkan tujuan HMI yakni turut serta menjadikan Indonesia yang baldatun
thoyyibatun wa rabbun ghafur ada banyak pilihan profesi yang bisa diambil oleh
kader HMI. Jadi, tak harus melulu menjadi politisi,” pungkasnya.
Sumber: RGB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar