DEPOK - Ketua Fraksi Demokrat DPRD Jawa Barat (Jabar) Asep Wahyuwijaya mengatakan, kelangkaan minyak goreng yang terjadi di hampir seluruh daerah membuktikan jika pengelolaan negara sudah kalah dan bertekuk lutut di altar oligarki.
Menurut Asep Wahyuwijaya, kelangkaan
minyak goreng menjadi momentum yang tepat untuk masyarakat memahami
keadaan Indonesia, yang disebutnya sedang tidak baik-baik saja.
Asep Wahyuwijaya menuturkan,
kekuatan oligarki saat ini sudah mengubah haluan ke minyak goreng hingga
terjadi kelangkaan
minyak goreng yang mengkhawatirkan.
Mulanya, kata Asep Wahyuwijaya,
kekuatan oligarki ini hanya bermain pada penguasaan, pengendalian komoditas
yang tidak dipahami dan bersentuhan langsung dengan urusan konsumsi publik.
Contohnya, kata Asep, tambang
dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh mereka.
"Sekarang malah sudah
amat berani ketika minyak goreng yang menjadi kebutuhan pokok hampir seluruh
warga Indonesia, pun bisa mereka kendalikan harganya," kata Asep Wahyuwijaya kepada PikiranRakyat-Depok.com pada
Jumat, 18 Maret 2022.
Menurut Asep, hal ini sangat
ironis, mengingat jutaan hektare hutan dibabat habis untuk keperluan penanaman
sawit.
"Sementara, hasil
produksinya malah justeru menyesengsarakan rakyat. Setidaknya, ibu pertiwi pun
rugi dua kali, rakyat sengsara dan hutan belantara hancur," ujar anggota
legislatif dari dapil Kabupaten Bogor ini.
'Lalu, alih-alih melindungi
rakyat dan lingkungannya, negara malah tak mampu berbuat apa-apa."
Menteri Perdagangan Muhammad
Lutfi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, mengakui adanya
mafia minyak goreng.
Mendag pun mengaku tidak bisa
berbuat banyak melawan mafia minyak goreng ini.
Meski begitu, mendag
menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyerah oleh mafia pangan untuk
memperjuangkan ketersediaan minyak goreng dengan harga yang murah.
"Saya pastikan saya tidak
akan menyerah oleh mafia, spekulan, apalagi dalam keadaan harga-harga tinggi
seperti ini," kata Mendag Lutfi seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com
dari Antara.
Mendag Lutfi menduga ada
puluhan juta liter minyak goreng diselundupkan keluar negeri melalui Jakarta,
Medan, dan Surabaya, saat Harga Eceran Tertinggi (HET) masih ditetapkan
Rp14.000 per liter untuk kemasan premium.
Dugaan itu muncul setelah
Mendah Lutfi mendapati bahwa tidak menemukan ketersediaan minyak goreng di
pasar maupun supermarket di Medan.
Meskipun data menunjukkan
terdapat 25 juta distribusi minyak goreng ke kota tersebut beberapa waktu lalu.
(Pikiran Rakyat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar