BOGOR – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya memastikan, anggaran pembangunan ruas Jalan Cigudeg – Kiarasari – Cisangku tetap dapat dikucurkan. Kendati, tahun ini Pemprov Jabar mengalami defisit hingga Rp 5 triliun, namun efisiensi tak berpengaruh terhadap pembangunan jalan terdampak bencana tersebut.
“Pembangunan ruas jalan ini sumber anggarannya berasal dari
pinjaman PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang diajukan Pemprov Jabar, maka
kegiatan tetap dapat direalisasikan,” ungkapnya saat meninjau lokasi
pembangunan ruas jalan di Cisangku, Sukajaya, Sabtu (4/9/2021).
Kang AW (sapaannya) menuturkan, bantuan anggaran keuangan yang
diberikan Pemprov Jabar untuk penanganan dampak bencana di Sukajaya sebenarnya
sangat besar.
Selain diperuntukan untuk pembangunan ruas jalan tersebut dengan
anggaran Rp28 miliar, juga untuk pembangunan ruas Jalan Kiarabeha – Pasirmadang
– Cileuksa sebesar Rp25 miliar.
Pembangunan rumah khusus terdampak bencana (Huntap) juga
dianggarkan sebesar Rp 25 miliar yang tersebar di empat desa yakni Desa
Sukamaju dan Sukaraksa di Cigudeg, dan Desa Urug dan Harkatjaya di Sukajaya.
“Hanya mengingat kondisi anggaran di Pemprov Jabar tahun ini
mengalami defisit, sejujurnya saya cukup khawatir juga apabila pembangunan ruas
jalan ke Cileuksa dan pembangunan rumah khusus warga terdampak bencana terkena
efisiensi atau dicoret kegiatannya karena sumber anggarannya murni berasal dari
APBD Jabar, bukan dari PEN,” papar Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi
Jabar itu.
Meskipun demikian, kang AW berharap, anggaran untuk pembangunan
ruas jalan ke Cileuksa dan pembangunan Huntap warga yang saat ini masih tinggal
di Huntara (Hunian Sementara) dapat tetap direalisasikan.
“Namun, semuanya tentu kembali ke Pemkab Bogor agar bisa
melakukan negosiasi maksimal ke Pemprov Jabar, agar kedua kegiatan itu bisa
tetap direalisasikan dan tidak terkena efisiensi,” papar kang AW.
Mengingatkan kembali, wilayah Cigudeg dan Sukajaya pada awal 2020 lalu
mengalami bencana alam banjir dan longsor yang cukup parah sehingga menyebabkan
rusaknya berbagai infrastruktur.
Ribuan warganya pun kehilangan tempat tinggal sehingga harus
mengungsi ke hunian sementara (huntara) yang dibangunkan dalam kondisi darurat.
Sumber: Radar Bogor (6/9/2021)
0 Komentar