Asep Wahyuwijaya Pertanyakan Wacana Pengem­ba­ngan Kawasan Geopark Pong­kor


BOGOR
- Wacana pengem­ba­ngan kawasan Geopark Pong­kor, terus digulirkan Pemkab Bogor.
Namun, wacana ini menjadi pertanyaan bagi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Asep Wah­yuwijaya. Ketua Fraksi Demokrat Jawa Barat itu mempertanyakan apakah wacana ini sudah melalui kajian akademis.
Menurut Asep Wahyuwijaya, ada beberapa hal yang harus diper­hatikan untuk mengem­bangkan kawasan geopark. Sebab, penetapan istilah geopark atau taman bumi pada sebuah kawasan tidak boleh sembarangan.
“Ada kajian yang secara aka­demik harus teruji dan dipertang­gung­jawabkan ketika pemkab mendek­larasikan sebuah kawasan menjadi taman bumi,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (13/9).
Menurutnya, geopark harus memenuhi tiga pilar. Syarat inilah yang juga dilakukan saat men­deklarasikan Geopark Ciletuh. Ketiga pilar itu, adalah geodiversity (keragaman bebatuan/geologi) yang unik dan langka serta eksklusif.
Pilar kedua, biodevirsity (keane­karagaman hayati) dan ketiga culturaldiversity (keaneka­ragaman budaya) dari komunitas di sekitar­nya. “Ini harus dipenuhi. Itu juga yang dilakukan Pemprov Jawa Barat saat mengembangkan Geo­park Ciletuh, dan saya juga ikut di dalamnya.
Ia pun mengingatkan Pemkab Bogor, jangan sampai Geopark Pongkor menjadi kawasan abal-abal. Artinya, pengembangan Geopark Pongkor hanya berdasar­kan keinginan  segelintir orang dan tak teruji secara ilmiah.
“Jangan main-main dengan soal pengistilahan ini. Bagi pemerintah pun ada konsekuen­sinya, mulai dari perencanaan hingga kesiapan anggarannya,” imbuhnya.
Menurutnya, daripada Bappeda Kabupaten Bogor wara-wiri gak jelas soal geopark yang masih debatable keberadaannya secara ilmiah, lebih baik Pemkab Bogor mempersiapkan diri menyambut pengembangan yang tampaknya bakal semakin masif di kawasan Geopark Ciletuh.
Apalagi, kata dia, Geopark Ciletuh bulan ini telah menerima anugerah sebagai UNESCO Global Geopark (UGG) di Italia. “Saya yakin, daerah-daerah di Kabu­paten Bogor bagian barat akan menerima dampak positif yang baik dari Geopark Ciletuh me­ngingat posisi geografisnya yang bertetangga,” terangnya.
Artinya, wakil rakyat dari dapil Kabupaten Bogor ini meminta pemkab jangan dulu jor-joran mengucurkan anggaran dari APBD Kabupaten Bogor ke Pongkor. Mengingat pengem­bangan Geopark Ciletuh hingga menerima anugerah UGG itu pun anggarannya lebih banyak dari Pemprov Jawa Barat, dengan besaran men­capai ratusan miliar rupiah.
“Tuntutan ke depan pun masih banyak. Jadi, daripada digunakan mengembangkan Pongkor, APBD Kabupaten Bogor lebih baik untuk memenuhi pelayanan dasar dulu saja. Beresin sekolah dasar yang mau roboh bangunannya atau menyejahterakan para guru honorer dan guru ngaji di kampung-kampung,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, wacana pengembangan Geopark Pongkor akan melintasi 15 kecamatan, dan 172 desa yang ada di wilayah barat, Kabupaten Bogor.
“Kita sudah petakan deliniasinya. Ini hasil tindak lanjut dari RPJMD yang kita bahas kemarin,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Syarifah Sofiah kepada Radar Bogor.
Perencanaan Geopark Pongkor, papar dia, akan dikembangkan di lahan seluas 130.157,47 hektare, dengan total penduduk sekitar 1.634.722 jiwa.

Ia sangat yakin, Geopark Pongkor layak masuk dalam kategori UNESCO. Lebih dari itu, geopark bisa menjadi trigger untuk perce­­patan pembangunan wilayah Bogor bagian barat. [radar/ded]

0 Komentar